SELAMAT DARI DALAM GELAP
Ini adalah tuliasan keduaku dalam mengikuti Sayembara VOA. Kali ini aku mengangkat artikel menarik pada rubrik Gaya Hidup / Isu Sosial yang di posting pada hari Selasa, April 17, 2012. Judul berita itu adalah “ Tak mampu beli seragam sekolah, pelajar Pakistan bunuh diri”.
Kalau membaca beritannya, pasti akan sangat merasa terenyuh. Memang negara yang miskin dapat menjadi penyebeb tingginnya tingkat bunuh diri dalam masyarakatnya, biasanya masyarakat yang hidup dalam Negara tersebut akan merasa kehilanggan harapan akan masa depan yang baik terutama bagi anak-anak yang masih memiliki banyak harapan dan mimpi-mimpi menjadi apa yang dicita-citakan olehnya.
Pada saat dia mendapatkan kenyataan hidup yang berat yang dihadapi oleh dirinya, dan tidak ada yang dapat meberikan arahan dan jalan keluar bagi dirinya, maka akan timbul kenekatan untuk melakukan aksi sebagi bentuk kekecewaan dalam dirinya, salah satu contoh aksi tersebut seperti yang dilakukan oleh pelajar Pakistan tersebut (bakar diri).
Beberapa waktu yang lalu pada saat menonton berita di televisi, di Indonesia pun terjadi aksi bunuh diri oleh seorang pelajar Sekolah Mengeh Pertamaberusia 14 tahun yang melompat dari tower BTS di Kebun Jeruk. Alasan dia bunuh diri karena dia minta uang kepada ibunya untuk memperbaiki motor sebesar Rp150.000.- tetapi tidak diberi oleh ibunya.
Kasus bunuh diri diatas ternyata lebih Sepele dari kasus bunuh diri anak di Pakistan. Hanya masalah minta uang, tidak dikasih, kemudian bunuh diri. Dari contoh kasus di atas terbukti bahwa peneyebab orang menghabisi nyawanya sendiri bukan hanya karena masalah kemiskinan tapi juga bias karena hal yang sepele.
Aku bukanlah seorang yang ahli dalam masalah pisikologis seseorang, atau masalah sosial. Tapi aku akan mencoba untuk membahas masalah ini berdasarkan analisis dan pengalaman pribadiku saja yah.
Berdasarkan masalah diatas atau kondisi seseorang yang mau melakukan bunuh diri sih biasannya tidak langsung ketika dia berhadapan dengan masalah. Ada latar belakang masalah yang dihadapi oleh pelaku bunuh diri, yang mana sedikit-demi sedikit menumpuk pada perasaan dan pikiran bawah sadar dari pelaku itu sendiri.
Perasaan yang timbul dapat berupa rasa ketakutan, kehilangan sendirian, tak memiliki harapan (frustasi) dan berbagai macam perasaan lain yang dapat terbentuk sesuai dengan kondisi kehidupan yang dihadapi oleh seseorang. Hal ini berlangsung lama dan tidak disadari oleh seseorang yang mengalami tekanan mental (depresi) tersebut.
Perasaan yang timbul dapat berupa rasa ketakutan, kehilangan sendirian, tak memiliki harapan (frustasi) ini timbul karena pelaku sendiri memiliki konsep pemikiran yang negatif mengenai masalah yang dihadapinnya. Nah kalau masalalah yang dihadapinya tidak dapat terselesaikan dan makin lama makin bertumpuk, maka apabila masalah tersebut mencapai puncaknya dan tidak dapat ditanggung oleh orang tersebut, maka hal inilah yang sering menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Salah seorang temanku pernah bercerita bahwa dirinya pernah memiliki keinginan untuk bunuh diri. Hal tersebut terjadi beberapa tahun yang lalu dalam kehidupannya. Dia bercerita bahwa sebelum dia memiliki keinginan untuk bunuh diri, dia mengalami masa-masa yang sukar dalam kehidupannya. Masalah yang timbul dari keluarga, pekerjaan, sampai gagalnya hubungan cinta dan perasan terkurung yang membuat dia merasa kecewa, frustasi, ketakutan, kesepian, dan perasaan-perasaan yang bercampur aduk yang berujung mendorong dirinya untuk memiliki pemikiran untuk menghabisi hidupnya.
Dia bahkan sampai mendengar suara-suara dan halusinasi yang mendorongnya untuk menghabisi dirinya sendiri. Dia tidak gila tetapi perasaaan yang berat itu membuatnya sampai berpikiran seperti itu. Setiap hari dia selalu menghindari melewati jembatan yang dibawahnya mengalir aliran sungai ciliwung, dan setiap malam dia selalu menjauhkan benda benda tajam seperti silet, cutter, pisau dan gunting, agar dia tidak berpikiran nekat untuk menghabisi hidupnya.
Eantah apa yang menahannya untuk tidak melakukan tindakan nekat tersebut. Mungkin dia takut mati, atau mungkin Tuhan sangat mengasihi dirinnya sehingga dia dapat selamat dari pemikiran yang terus menderanya berbulan-bulan tanpa teman bercerita.
Saat aku bertanya mengenai mengapa dia tidak melakukan bunuh diri, dia menjawab “ pada saat itu dia merasa tidak memiliki apa-apa dan seperti jatuh kedasar kegelapan. Pikirannya berjalan keliru, dia melihat dunia dari sisi yang negatif sehingga dia ingin mati saja. Pada saat dia berhasil melalui kondisi depresinya tersebut, dia berkata setiap hari dia berusaha mati-matian untuk mempertahankan nyawa dan kehidupan yang dimiliki oleh dirinya meskipun dia merasakan kekecewaan, kepahitan,dan kesedihan. Dia juga bilang bahwa orang yang berani, bukanlah seseorang yang berani untuk mati, tetapi berani untuk bertahan hidup.
Semoga sukses. Mohon beri komentar pada tulisanku yang ini ya - Indonesia mendunia lewat Gamelan dan juga yang ini - Memanusiawikan Lingkungan Sungai Ciliwung dan Sekitarnya
BalasHapus